MENU

TA'RIIFU NAFSII

My photo
Call me "James". I was taught and trained since childhood by my parents to be a strong and broad-minded and the adventurous life since childhood I go abroad and learn all the essence of life on earth 'now, I'm still studying in Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga INDONESIA.He he,,!

Monday, January 10, 2011

WISATA KEINDAHAN PULAU LOMBOK

Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan pantai dan obyek wisata lainnya. Bahkan sebagian mereka selalu membandingkan bahwa Lombok jauh lebih indah, eksotik, dan lebih menawan dibanding Bali, karena menawarkan lebih banyak pilihan.
Anggapan itu memang tak keliru. Setidaknya bagi mereka yang telah mengenal dan mengunjungi obyek wisata di Bumi Gora ini. Banyaknya obyek wisata pantai merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, terutama para pelancong asing. Salah satunya adalah pantai di sepanjang pulau kecil yang mengelilingi Pulau Lombok, yaitu Gili (Pulau) Trawangan, Gili Meno, Gili Air, dan Gili Nongol, sebuah pulau yang baru muncul pada tahun 2000.

Gili-gili tersebut benar-benar menawarkan keindahan alam yang menakjubkan. Dengan air laut yang demikian jernih kita bahkan bisa membayangkan bagaimana pemandangan di dasarnya. Khususnya para penggemar diving akan dengan leluasa menikmati pemandangan terumbu karang dan segala macam jenis makhluk hidup penghuni laut. Bahkan sejumlah kura-kura terkadang menepi ke pantai. Fasilitas diving pun sudah tersedia bagi siapa saja yang berminat melihat lebih dekat keindahan dasar laut di Lombok.

Di Gili Trawangan wisatawan bisa berkeliling pulau sepanjang enam km dengan menggunakan cidomo, transportasi khas daerah Lombok berupa kereta kuda yang bisa diisi hingga enam orang penumpang. Sembari berkeliling, kita pun bisa menyaksikan kehidupan penduduk setempat dengan rumah adatnya dan kebun kelapa yang terhampar sangat luas.

Di pulau-pulau ini, kita bisa menikmati berbagai fasilitas yang ada. Mulai dari kafe, penginapan, dan sarana komunikasi seperti telepon dan internet. Bahkan pantai Gili Meno kini juga menawarkan atraksi menarik berupa fasilitas olahraga selancar angin. Karena itu tidak sedikit wisatawan mancanegara yang mengunjungi tempat ini untuk berselancar atau sekadar berjemur sambil menikmati udara khatulistiwa.


Pulau Lombok yang memiliki luas 473.780 hektare ini tak hanya menyimpan kekayaan wisata alam semata. Bicara Pulau Lombok maka pikiran menerawang ke hamparan pantai Senggigi yang eksotis, indah, dan menawan. Pantai berpasir putih dengan deburan ombak kecilnya ini sayang untuk dilewatkan. Tak heran bila banyak wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu) menyinggahinya.

Pantai Kute yang terletak 45 km dari Ampenan (kota tua di Lombok), menjadi objek wisata bagi wisman yang menghabiskan waktunya untuk berselancar (surfing) dan diving.

Pasir yang terdapat di Pantai Kute ini berjenis pasir sebesar biji merica sehingga masyarakat setempat menamakannya pasir merica. Pasir berwarna putih ini banyak dibawa pulang oleh wisnu untuk aksesori pasir akuarium di rumah mereka.


Pulau Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air saat ini menjadi objek wisata yang diminati wisman. Lokasi pulau kecil itu lebih natural, dan tak dihuni manusia. Suasananya sunyi senyap, hanya ditumbuhi pohon-pohon kelapa tinggi dan tanaman perdu. ”Anda belum ke Lombok kalau belum mendatangi Gili Trawangan,” itulah slogan wisata yang belakangan ini mencuat di Lombok.

Semangat wisata Pulau Lombok juga dikibarkan lewat ”Anda bisa melihat Bali di Lombok, tapi Anda tak bisa melihat Lombok di Bali’. Slogan wisata itu tak berlebihan, karena nuansa Lombok tak jauh beda dengan nuansa di Pulau Bali. Anda bisa melihat pura atau tata cara peribadatan umat Hindu-Budha sekaligus ratusan bangunan masjid dan mushala. Apalagi keindahan pantai di Lombok menyerupai pantai-pantai di Bali, bahkan lebih alami.


Ada dua karakter budaya yang menonjol di wilayah pulau ini yakni budaya Islam dan Hindu. Tak sedikit bangunan pura dan masjid yang berdiri di sini. Namun jumlah bangunan masjid relatif lebih banyak karena masyarakat Lombok banyak yang menganut agama Islam. Bahkan Pulau Lombok juga dikenal sebagai pulau seribu masjid.

Kon
tradiksi itu yang membuat wisatawan menemukan suasana Bali di Lombok. ”Saya senang tinggal di Lombok karena masyarakat di sini tidak usil. Apalagi, lalu lintasnya tidak macet dan padat seperti Bali,” ujar Stuart, wisman asal Amerika saat ditemui di pantai Senggigi.

Sekilas

Lombok (penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor” di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram
Bahasa Sasak dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok, propinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa ini mempunyai gradasi sebagaimana Bahasa Bali dan Bahasa Jawa. Bahasa Sasak mirip dan serumpun dengan Bahasa Bali.
Bahasa Sasak mempunyai dialek-dialek yang berbeda menurut wilayah, bahkan dialek di kawasan Lombok Timur kerap sukar dipahami oleh para penutur Sasak lainnya.
Sejarah 
Orang Belanda pertama singgah di Lombok pada tahun 1674 dan menduduki bagian timur pulau ini dan meninggalkan bagian barat yang kemudian diduduki orang Bali. Orang Sasak merasa dianaktirikan oleh orang Bali dan akhirnya Belanda ‘berintervensi’. Mereka menggempur Cakranegara, tempat puri Bali berada pada tahun 1894 dan memasukkan pulau ini dalam pemerintahan Hindia-Belanda

Pembagian administratif
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi empat Daerah Tingkat II:
1. Kota Mataram
2. Kabupaten Lombok Barat
3. Kabupaten Lombok Tengah
4. Kabupaten Lombok Timur
Geografi, topografi dan demografi
Selat ombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke arah timur, flora dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Australia. Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya adalah 3.726 meter di atas permukaan laut dan membuatnya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Daerah selatan pulau ini adalah sebuah ladang terbuka bebas yang subur dan ditanami dengan jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Sekitar 80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama Islam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.

Pariwisata
Lombok dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun 1990-an mulai dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan munculnya krismon dan krisis-krisis lainnya, potensi pariwisata agak terlantarkan. Lalu pada awal tahun 2000 terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali.
Tempat-tempat pariwisata:
1. Pantai Senggigi
2. Cakranegara
3. Gili Air
4. Gili Meno
5. Gili Trawangan
6. Gunung Rinjani
7. Pantai Kuta, Lombok
8. Senaru ( Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep )
9. Tetebatu

PETUNJUK MENGUATKAN IMAN

PETUNJUK
MENGUATKAN IMAN

Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Tulisan ini insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu.
Tsabat (kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim. Karena itu tema ini penting dibahas. Ada beberapa alasan mengapa tema ini begitu sangat perlu mendapat perhatian serius.
Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak, bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.
Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk mengatasinya diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.
Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkaitan erat dengan masalah hati. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' no. 2361)
Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan.
Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui Al Qur'an dan Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai tsabat.

Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman kita :

1. AKRAB DENGAN AL QUR'AN
Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'an adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Qur'an niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah menyelamatkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur'an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)."
(QS. Al Furqan: 32-33)
Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah:
Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat.
Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah.
Ketiga, Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an sebagai ukuran kebenaran.
Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir, munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat:
"Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu."
(QS. Adl Dluha: 3)
(Syarh Nawawi,12/156)
Orang yang akrab dengan Al Qur'an akan menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepada perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam segala disiplinnya menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyek utama kegiatannya menuntut ilmu.

2. ILTIZAM (KOMITMEN) TERHADAP SYARI'AT ALLAH
Allah berfirman: "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27)
Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud. "Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa': 66)
Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah berkata:-"Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal shalih sedang yang dimaksud dengan kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421)
Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki keteguhan iman. Karena itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shaleh secara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnya dengan para sahabat. Komitmen untuk senantiasa menjalankan syariat Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjadi teguh.

3. MEMPELAJARI KISAH PARA NABI
Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya: "Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim Alaihis Salam yang diberitakan dalam Al Qur'an: "Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70)
Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah? Dan bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguh-an iman kita? Lalu, kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aun demi menegakkan agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita dibanding dengan nabi Musa? Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak punya jalan karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan misalnya, sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya. Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya yang keliru. Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di antara umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisu sehingga tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar? Bahkan sebaliknya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status quo (menganggap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah). Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang penuh dengan perjuangan menegakkan dan meneguhkan iman itu kita menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak hal dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita ke jalan yang diridhaiNya.

4. BERDO'A
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam firmanNya:
" Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (QS. Ali Imran: 8)
"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (QS. Al Baqarah: 250)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad)
Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.
"Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi)
Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.

5. DZIKIR KEPADA ALLAH
Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya:
"Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya."
(QS. Al Anfal: 45)
Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad.
Ingatlah Yusuf Alaihis Salam ! Dengan apa ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan kalimat ma'adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda? Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang yang beriman.

6. MENEMPUH JALAN LURUS
Allah berfirman:
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (QS.Al An'am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)
Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan). Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya maje-muk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam terminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah . Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.

7. MENJALANI TARBIYAH
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam. Tarbiyah Imaniyah , yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta untuk menghi-langkan kekeringan hati yang disebabkan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah. Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid buta yang tercela.
Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidikan untuk mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar. Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.

8. MEYAKINI JALAN YANG DITEMPUH
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah: Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih. Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-mana firman Allah:
"Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59)
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.

9. BERDAKWAH
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.
Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.

10. DEKAT DENGAN ULAMA
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)
Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahimahullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."
Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Sertamerta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).

11. MEYAKINI PERTOLONGAN ALLAH
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa. Allah berfirman:
"Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. "
(QS. Ali Imran: 146-148)




12. MENGETAHUI HAKEKAT KEBATILAN
Allah berfirman:
"Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (QS. Ali Imran: 196)
"Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (QS. Al An'am: 55)
"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (QS. Al Isra': 81)
Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.

13. MEMILIKI AKHLAK PENDUKUNG TSABAT
Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:
"Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.

14. NASEHAT ORANG SHALIH
Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula halnya dengan kita?

15. MERENUNGI NIKMATNYA SURGA
Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengembaraan kaum muslimin.
Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.
Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan:
"Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga"
(HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin.



Sumber :
"Wasaailuts Tsabaat 'alaa dienillaah"
Muhammad Shalih Al Munajjid, bit tasharruf waz ziyadah

Friday, January 7, 2011

REMAJA MUSLIM, VALENTINE'S DAY DAN PERLAWANAN BUDAYA


Setiap tanggal 14 Pebruari ada hiruk pikuk remaja dunia. Mereka punya hajat besar dengan merayakan sebuah hari yang dikenal dengan Valentine’s Day (Hari Valentine). Hiruk pikuk itu kini tidak lagi menjadi milik bangsa ataupun pemeluk agama tertentu namun telah menjadi gawe semua lapisan remaja dimanapun dan dengan agama apapun. Tak peduli itu di kalangan Kristen Barat, Hindu India ataupun muslim Indonesia. Valentine’s Day menjadi milik bersama dan setiap orang seakan wajib untuk merayakannya.
Ada pertanyaan yang patut kita kemukakan. Apa sebenarnya Valentine’s Day itu? Apakah esensinya? Dan bolehkan remaja muslim ikut berkecimpung merayakannya? Apakah perayaan itu bagian dari kultur dan peradaban Islam sehingga kita harus ikut menyemarakkannya?

Backgound Historis Valentine’s Day
Ada berbagai versi tentang asal muasal Valentin’s Day ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa ia berasal dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine seorang suci kalangan Kristen yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani. Dia meninggal pada tanggal 14 Pebruari 269 M., di hari yang sama saat dia menyerahkan ucapan cinta. Dalam legenda yang lain disebutkan bahwa Saint Valentine meninggalkan satu catatan selamat tinggal pada seorang gadis anak sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan tanda tangan yang berbunyi “From Your Valentine” ada pula yang menyebutkan bahwa bunyi pesan akhir itu adalah ; Love From Your Valentine”.
Cerita lain menyebutkan bahwa Valentine mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar. Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang besar. Dia berharap kaum lelaki untuk secara suka rela bergabung menjadi tentara. Namun banyak yang tidak mau untuk terjun ke medan perang. Mereka tidak mau meninggalkan sanak familinya. Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam. Lalu apa yang terjadi? Dia kemudian menggagas ide “gila”. Dia berpikiran bahwa jika laki-laki tidak kawin, maka mereka dengan tidak segan-segan akan bergabung menjadi tentara. Makanya, dia memutuskan untuk tidak mengijinkan laki-laki kawin.
Kalangan remaja menganggap bahwa ini adalah hukum biadab. Valentine juga tidak mendukung ide gila ini. Sebagai seorang pendeta dia bertugas menikahkan lelaki dan perempuan. Bahkan setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar, dia tetap melakukan tugasnya ini dengan cara rahasia dan ini sungguh sangat mengasyikkan. Bayangkan, dalam sebuah kamar hanya ada sinar lilin dan ada pengantin putra dan putri serta Valentine sendiri.Peristiwa perkawinan diam-diam inilah yang menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Walaupun demikian dia selalu bersikap ceria sehingga membuat beberapa orang datang menemuinya di dalam penjara. Mereka menaburkan bunga dan catatan-catatan kecil di jendela penjara. Mereka ingin dia tahu bahwa mereka juga percaya tentang cinta dirinya. Salah satu pengunjung tersebut adalah seorang gadis anak sipir penjara. Dia mengobrol dengannya berjam-jam. Di saat menjelang kematiannya dia menuliskan catatan kecil “Love from your Valentine."
Dan pada tahun 496 Paus Gelasius menseting 14 Pebruari sebagai tanggal penghormatan buat Saint Valentine. Akhirnya secara gradual 14 Pebruari menjadi tanggal saling tukar menukar pesan kasih dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Tanggal ini ditandai dengan saling mengirim puisi dan hadiah seperti bunga dan gula-gula. Bahkan sering pula ditandai dengan adanya kumpul-kumpul atau pesta dansa.
Dari paparan di atas kita tahu bahwa kisah cinta Valentine ini merupakan kisah cinta milik kalangan Kristen dan sama sekali tidak memiliki benang merah budaya dan peradaban dengan Islam. Namun kenapa remaja-remaja muslim ikut larut dan merayakannya?
Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan terhadap pertanyaan tersebut :
Pertama, remaja muslim kita tidak tahu latar belakang sejarah Valentine’s Day sehingga mereka tidak merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja muslim banyak yang memiliki kesadaran sejarah yang rendah.
Kedua, adanya anggapan bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja yang kini hidup di –untuk meminjam McLuhan—global village.
Ketiga, keroposnya benteng pertahanan relijius remaja kita sehingga tidak mampu lagi menyaring budaya dan peradaban yang seharusnya mereka “lawan” dengan keras.
Keempat, adanya perasaan loss of identity kalangan remaja muslim sehingga mereka mencari identitas lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global.
Kelima, hanya mengikuti trend yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman.
Keenam, adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang semakin ganas.
Mungkin masih ada deretan jawaban lain yang bisa diberikan terhadapa pertanyaan di atas.

Islam, Cinta dan Valentine’s Day
Bisa kita lihat pada bahasan di atas bahwa Valentine Day merupakan peringatan “cinta kasih” yang diformalkan untuk mengenang sebuah peristiwa kematian seorang pendeta yang mati dalam sebuah penjara. Yang kemudian diabadikan oleh gereja lewat tangan Paus Gelasius. Maka merupakan sebuah kurang cerdas jika kaum muslim—dan secara khusus kalangan remajanya—ikut melestarikan budaya yang sama sekali tidak memiliki ikatan historis, emosioal dan religius dengan mereka. Keikut sertaan remaja muslim dalam “huru-hura” ini merupakan refleksi kekalahan mereka dalam sebuah pertarungan mempertahankan identitas dirinya.
Mungkin ada sebagian remaja yang akan bertanya: Kenapa memperingati sebuah tragedi cinta itu tidak boleh dilakukan? Apakah Islam melarang cinta kasih? Bukankah Islam menganjurkan pemeluknya kasih pada sesama?
Tak ada yang menyangkal bahwa Islam tidak melarang cinta kasih. Islam sendiri adalah agama kasih dan menjunjung cinta pada sesama. Dalam Islam cinta demikian dihargai dan menempati posisi sangat terhormat, kudus dan sakral. Islam sama sekali tidak phobi terhadap cinta. Islam mengakui fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun demikian Islam tidak menjadikan cinta sebagai komoditas yang rendah dan murahan. Cinta yang merupakan perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihanya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang dalam Islam dibagi menjadi tiga tingkatan yang kita tangkap dari ayat Al-Quran: Katakanlah: Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kerabat-kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerusakannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu senangi lebih kau cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang fasik (At-Taubah: 24)
Dalam ayat ini menjadi jelas kepada kita semua bahwa cinta tingkat pertama adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya yang kemudian disebut dengan cinta hakiki, kemudian cinta tingkat kedua adalah cinta kepada orang tua, isteri, kerabat, dan seterusnya. Sedangkan cinta tingkat ketiga adalah cinta yang mengedepankan cinta harta, keluarga dan anak isteri melebih cinta pada Allah, Rasul dan jihad di jalan Allah.
Cinta hakiki akan melahirkan pelita. Cinta hakiki yang dilahirkan iman akan senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan nurani. Cinta hakiki akan melahirkan jiwa rela berkorban dan mampu menundukkan hawa nafsu dan syahwat birahi. Cinta akan menjadi berbinar tatkala orang yang memilikinya mampu menaklukkan segala gejolak dunia. Cinta Ilahi akan menuntun manusia untuk hidup berarti dan setelah itu mati—untuk meminjam kata Khairil Anwar.
Islam memandang cinta kasih itu sebagai rahmat. Maka seorang mukmin tidak dianggap beriman sebelum dia berhasil mencintai saudaranya laksana dia mencinta dirinya sendiri (HR. Muslim), perumpamaan kasih sayang dan kelembutan seorang mukmin adalah laksana kesatuan tubuh; jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya : tidak bisa tidur dan demam (Bukhari Muslim). Seorang mukmin memiliki ikatan keimanan sehingga mereka menjadi laksana saudara (Al-Hujarat: 13), dan cinta yang meluap sering kali menjadikan seorang mukmin lebih mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan (Al-Hasyr : 9 ).
Di mata Islam mencinta dan dicinta itu adalah “risalah” suci yang harus ditumbuhsuburkan dalam dada setiap pemeluknya. Makanya Islam menghalalkan perkawinan dan bahkan pada tingkat mewajibkan bagi mereka yang mampu. Islam tidak menganut “selibasi” yang mengibiri fitrah manusia seperti yang terjadi dalam ajaran Kristen dan Hindu, serta Budha yang menganut sistem sosial yang dikenal dengan kependetaan. Sebab memang tidak ada rahbaniyah dalam Islam.
Valentine Day yang merupakan ungkapan kasih selain “hamil” nilai-nilai relijus yang bukan bagian dari agama kita juga saat ini dirayakan dengan menonjolkan aksi-aksi permisif. Dengan lampu remang, dan lilin-lilin temaram. Peniruan pada perilaku agama lain dan sekaligus melegalkan pergaulan bebas inilah yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.

Islam dan Perlawanan Budaya
Sebagai agama pamungkas Islam dengan tegas memposisikan diri sebagai agama yang diridhai Allah dan siapa saja yang ingin mencari agama selain Islam maka agamanya tidak akan diterima (Lihat: Ali Imran ayat 19 dan 185). Dan sebagai agama terakhir Islam telah melakukan beberapa pembenaran dari berbagai penyelewengan yang terjadi dalam agama Kristen dan agama Yahudi. Islam mengharuskan pemeluknya untuk membentengi diri dari semua budaya yang datang dari kalangan Yahudi dan Kristen. Kaum muslimin harus memiliki budaya dan identitasnya sendiri yang bersumber pada norma dan ajaran agamanya.
Setelah kita mengetahui bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah dengan Islam, maka menjadi tugas semua remaja Islam untuk menghindari dan tidak ikut serta dalam sebuah budaya yang tidak bersumber dari ajarannya. Valentine’s Day bukanlah simbol dan identitas remaja muslim karena ia merupakan hari raya kalangan remaja Kristen. Dan kita persilahkan saudara-saudara kita dari remaja kalangan Kristen untuk merayakannya sesuai dengan keyakinan mereka.
Ada satu hadits yang sangat terkenal yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah bersabda: Barang siapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia menjadi bagian dari mereka (Abu Daud). Hadits ini mengisyaratkan bahwa meniru-niru budaya-reliji orang lain yang tidak sesuai dengan tradisi Islam memiliki resiko yang demikian tinggi sehingga orang tersebut akan dianggap sebagai bagian dari orang yang ditiru.
Sebagaimana juga firman Allah, Barang siapa diantara kamu menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonga mereka (Al-Maidah: 51). Sabda Rasulullah, "Kau akan bersama-sama dengan orang yang siapa yang kau cintai" (Bukhari Muslim).
Banyak contoh yang bisa kita kemukakan dari kontra-kultural yang dilakukan Rasulullah untuk mengokohkan identitas umatnya. Saat Rasulullah datang ke Madinah dia melihat penduduk Madinah bersuka ria dalam dua hari. Kemudian Rasulullah bertanya: Hari apa dua hari itu? Pada sahabat menjawab: Dua hari tadi adalah hari dimana kami bermain-main dan bersuka cita di masa jahiliyah! Maka bersabdalah Rasulullah: Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian: Iedul Adha dan Iedul Fithri. (HR. Abu Daud) Rasulullah misalnya melarang umatnya makan dengan tangan kiri karena cara itu adalah cara makan syetan. (HR. Muslim)
Larangan Rasulullah untuk kembali memperingati 2 hari dimana orang-orang Madinah biasa bermain di zaman jahiliyah merupakan perlawanan budaya terhadap budaya jahilyah dan digantikan dengan budaya-reliji baru. Sedangkan pelarangannya agar tidak makan dengan tangan kiri juga merupakan perang etika Islam dengan etika syetan.
Allah tidak menghendaki kaum muslimin menjadi “buntut” budaya lain yang berbenturan nilai-nilainya dengan Islam. Peringatan Allah pada ayat di atas membersitkan pencerahan pada kita semua bahwa Islam dengan ajarannya yang universal harus dijajakan dengan rajin pada dunia mengenal Islam dengan cara yang benar dan agar Islam menjadi “imam” peradaban dunia kembali. Sebab kehancuran peradaban Islam telah menimbulkan kerugian demikian besar pada tatanan normal manusia yang terkikis secara moral dan ambruk secara etika.
Kemunduran peradaban Islam telah menjebak dunia pada arus kegelapan akhlak dan moralitas. Kehancuran peradaban Islam ini oleh Hasan Ali An-Nadawi dianggap sebagai malapetaka terbesar dalam perjalanan peradaban manusia. Dia berkata, “Kalaulah dunia ini mengetahui akan hakikat malapetaka ini, berapa besar kerugian dunia dan kehilangannya dengan kejadian ini, pastilah dunia hingga saat ini akan menjadikan kemunduran kaum muslimin sebagai hari berkabung yang penuh sesal, tangis dan ratapan. Setiap bangsa di dunia ini akan mengirimkan tanda berduka cita...
Apa yang menimpa remaja muslim saat ini tak lebih dari dampak keruntuhan peradaban Islam yang sejak lama berlangsung. Remaja muslim masa kini yang “buta” terhadap peradabannya sendiri diakibatkan munculnya serangan budaya yang gencar menusuk jantung pertahanan budaya kaum muslimin. Kemampuan mereka untuk bertahan dengan ideal-ideal Islam yang rapuh menjadikan mereka terseret arus besar peradaban dunia yang serba permisif, hedonis dan materialistik. Lumpuhnya pertahanan mereka terhadap gencarnya serangan budaya lain yang terus menggelombung menjadikan mereka harus takluk dan menjadi “budak” budaya lain.
Maka sudah saatnya bagi remaja muslim untuk memacu diri melakukan gerilya besar dengan mengusung nilai-nilai Islam sehingga dia mampu mengendalikan diri untuk tidak terpancing apalagi larut dengan budaya-reliji lain. Generasi muda muslim hendaknya mampu membangun benteng-benteng diri yang sulit ditembus oleh gempuran-gempuran perang pemikiran yang setiap kali akan mengoyak-ngoyak benteng pertahanan imannya.
Perlawanan budaya ini akan bisa dilakukan jika remaja muslim mampu mendekatkan dirinya dengan poros ajaran Islam dan mampu melakukan internalisasi diktum-diktum itu ke dalam kalbu, dan sekaligus terejawantahkan ke dalam aksi. Remaja muslim yang mampu menjadikan keimanannya “hidup” akan mampu bergumul dan bahkan memenangkan pertarungan yang sangat berat di hadapannya. Remaja muslim yang dengan setia menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai panduan hidupnya akan mampu menjadi seorang muslim tahan banting dan imun terhadap virus budaya global yang mengancam identitasnya. Seorang remaja muslim yang menjadi the living Quran akan mampu melakukan kontra aksi terhadap semua tantangan yang dihadapinya. Dia akan mampu menangkis serangan informasi satu arah yang kini datang dari Barat.
Apa yang mesti dilakukan oleh kalangan muda Islam di zaman serba kompleks ini?
Dalam pandangan saya tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan kecuali kita semua kembali merapatkan jiwa dan kesadaran kita ke akar norma agama kita sendiri, lalu kita gali sedalam-dalamnya, kita renungkan semaksimal mungkin, kita aplikasikan dalam hidup ini. Dan kita pasarkan ajaran-ajaran Islam itu dengan sepenuh raga dan jiwa. Hanya dengan spirit berjuang yang tinggi dan komitmen yang kuat remaja muslim akan lahir kembali dalam sosok yang cemerlang dengan Islam sebagai panji.

PERIHAL WAHYU


“Dan Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan seizing-Nya apa yang Dia Kehendaki.”
(QS. Asy-Syura [42] : 51)
PERIHAL WAHYU
Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad SAW yang mana kumpulan wahyu ini nantinya dibukukan menjadi mushaf yang kita lihat saat ini. Oleh karena itu, sebelum kita mengkaji hal ihwal Al-Qur’an, ada baiknya kita mengkaji terlebih dahulu mengenai perihal wahyu. Dimana kajian ini akan mencangkup keberadaan wahyu, pengertiannya, cara turunnya & pembuktian bahwa Al-Qur’an itu benar adalah wahyu Allah SWT.

A. Menelusuri Keberadaan Wahyu
Ilmu pengetahuan telah membuka mata manusia akan banyaknya misteri alam yang belum mereka ketahui, namun terkadang ilmu pengetahuan dapat pula membuat orang menjadi sombong & pongah. Mereka tidak mau mempercayai keberadaan sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Padahal banyak sekali fakta yang mereka hadapi namun belum dapat ditelusuri secara ilmiah, semisal :
1. Keberadaan roh yang merupakan rahasia kehidupan.
2. Kemampuan hipnotisme yang menjelaskan hubungan jiwa manusia dengan kekuatan yang lebih tinggi yang mampu membuat orang lain melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya.
3. Pengalaman kita berbicara dengan diri sendiri atau berbicara dengan orang lain baik dalam keadaan sadar maupun tidak (semisal mimpi).
Atau hal yang mulai dapat dipelajari & dimanfaatkan seperti :
1. Orang dapat mendengar percakapan yang direkam & dibawa oleh gelombang eter.
2. Orang dapat melakukan komunikasi dalam jarak yang jauh dengan atau tanpa melihat lawan bicara.
Contoh-contoh diatas atau yang serupa dengannya, cukup dapat menjelaskan kepada kita tentang hakikat keberadaan wahyu. Sebagai seorang muslim, untuk meyakini sesuatu, selain berpegang pada contoh diatas, kita juga menjadikan nash sebagai dalil keberadaan wahyu. Allah SWT berfirman :
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَءَاتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا
“Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu seperti Kami telah mewahyukan kepada Nuh & nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub & anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun & Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisa’ [4] : 163)
Ibnu Katsir mengatakan : Muhammad bin Ishak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Sakan & Adi bin Zaid berkata : Hai Muhammad, kami tidak mengetahui Allah menurunkan sesuatu kepada manusia setelah Musa !” Maka Allah menurunkan ayat ini (An-Nisa’ [4] : 163).
أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ ...
“Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki diantara mereka …” (Yunus [10] : 2)
Ibnu Katsir berkata : Yakni Allah SWT memandang ganjil terhadap kaum kafir yang merasa heran terhadap pengutusan para rasul dari kalangan manusia. Mereka mengatakan, “Terlalu agung bagi Allah jika rasul-Nya berupa manusia seperti Muhammad.” Maka Allah AWJ menurunkan ayat ini (Yunus [10] : 2).
Dengan demikian, maka wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah SAW & para Nabi bukanlah hal yang mengherankan. Menyangsikan keberadaan wahyu adalah sikap yang tidak pantas bagi seorang yang berakal & beriman.

B. Pengertian Wahyu
Pembahasan pengertian wahyu akan dibagi atas dua pembahasan. Yakni pembahasan ditinjau dari bahasa & menurut syara’.
Menurut Bahasa
Ibnu Hajar Al-Asqalani[1] mengatakan wahyu adalah memberitahukan secara samar. Sedangkan menurut Al-Qattan[2], “Al-Wahy adalah kata masdar & materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar yaitu tersembunyi & cepat. Oleh karena itu, maka dikatakan bahwa wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi & cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya.” Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi :
1. Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu kepada ibu Musa as :
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ ...
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia…” (Al-Qasas [28] : 7)
Ibnu Katsir berkata : Allah SWT memberitahukan kepada Ibu Musa & memasukkan ke dalam kesadarannya cara menangani Musa as.
2. Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah :
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي ...
“Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang …” (An-Nahl [16] : 68)
Ibnu Katsir berkata : Yang dimaksud wahyu disini adalah ialah ilham, petunjuk & bimbingan bagi lebah agar ia membuat sarang.
3. Isyarat yang cepat melalui rumus & kode seperti isyarat Zakaria as :
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
“Maka keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi isyarat kepada mereka, “Hendaklah kamu bertasbih…” (Maryam [19] : 11)
Ibnu Katsir berkata : Maka ia (Zakaria) keluar dari mihrrab dimana dia menerima berita gembira akan mendapatkan anak laki-kali menuju kaumnya. Lalu dia memberi isyarat yang halus & cepat kepada mereka.
4. Bisikan & tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia, firman Allah SWT :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am [6] : 112)
Ibnu Katsir berkata : Ibnu Juraij berkata, “Mujahid menafsirkan ayat ini dengan jin-jin yang kafir adalah setan. Mereka membisikkan perkataan yang indah sebagai tipuan kepada setan-setan manusia berupa manusia kafir. Sebagian mereka melontarkan perkataan yang indah-indah & melemahkan kepada sebagian yang lain, perkataan yang elok yang dapat memperdaya si penyimak karena tidak mengetahui persoalan yang sebenarnya.
وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ...
“Sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu”(Al-An’am [6] : 121)
Ibnu Katsir berkata : Ibnu Abbas berkata, “Sebenarnya ada dua wahyu, yaitu wahyu Allah & wahyu syaithan. Wahyu Allah diturunkan kepada Muhammad & wahyu syaithan diturunkan kepada teman-temannya yaitu kaum Quraisy.” Kemudian berkata Ibnu Abbas lagi bahwa sesungguhnya setan dari Persia mewahyukan kepada teman-temannya yaitu kaum Quraisy.
5. Apa yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat :
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا ...
“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah…” (Al-Anfal [8] : 12)

Menurut Syara’
Ibnu Hajar berkata, “Secara terminology wahyu adalah memberitahukan hukum-hukum syari’at, namun terkadang yang dimaksud dengan wahyu adalah sesuatu yang diwahyukan, yaitu kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.” [3]
Imam Az-Zuhri mengatakan, “Wahyu ialah kalam Allah SWT yang disampaikan kepada salah seorang Nabi-Nya kemudian dikukuhkan-Nya kedalam hatinya. Lalu Nabi itu menyatakan bahwa itu adalah wahyu & ditulisnya.” [4]
Muhammad Husein Abdullah mengatakan,“Wahyu adalah pemberitahuan Allah SWT kepada rasul-rasul tentang risalah mereka.” [5]

C. Cara Wahyu Turun
Wahyu sebagai kalam Allah SWT yang turun kepada para malaikat, para nabi & rasul dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Kepada Malaikat
Allah SWT menyampaikan wahyu secara langsung kepada malaikat.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ ...
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka bertanya, “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang …” (Al-Baqarah [2] : 30)[6]
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا ...
“Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat. “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian …” (Al-Anfal [8] : 12)
Hadits dari Nawas bin Sam’an yang mengatakan, “Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui wahyu, maka langit pun tergetarlah dengan getaran – atau dia mengatakan goncangan – yang dahsyat karena takut kepada Allah AWJ. Apabila penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan jatuh bersujudlah mereka itu kepada Allah. Yang pertama sekali mengangkat muka diantara mereka itu adalah Jibril, maka Allah membicakan wahyu itu kepada Jibril menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian Jibril berjalan melintasi para malaikat. Setiap kali dia melalui satu langit, maka bertanyalah kepadanya malaikat langit itu, “Apakah yang telah dikatakan oleh Tuhan kita wahai Jibril ? Jibril menjawab, “Dia mengatakan yang hak & Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Para malaikat itu semuanya pun mengatakan seperti apa yang dikatakan Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti diperintahkan Allah AWJ.” (HR. Tabarani)
 Kepada Para Nabi & Rasul
Sampainya wahyu kepada para nabi & rasul melalui beberapa cara sebagaimana Allah SWT berfirman :
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinnya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. Asy-Syura (42) : 51)[7]
Berikut ini penjelasan tiga cara dari ayat diatas[8] :
1. Perantaraan wahyu, untuk ini terbagi atas tiga. Yakni pertama, wahyu dimasukkan ke dalam hati & akalnya. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya ruhul quds memasukkan perkataan ke dalam hati & akalku.” (HR. Al-Hakim)
“Roh Kudus telah menghembuskan ke dalam hatiku bahwa seorang itu tidak akan mati sehingga dia menyempurnakan rezeki & ajalnya. Maka bertaqwalah kepada Allah, dan carilah rezeki dengan jalan yang baik.” (Hadits Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dengan sanad yang sahih)
Kedua, wahyu datang melalui mimpi yang benar diwaktu tidur. Allah SWT berfirman :
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ(101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka kami beri kabar gembira dengan seorang anak yang sangat sabar. Maka tatkala anak itu telah sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu ?” Dia menjawab, “Wahai bapak, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah SWT engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.” (As-Saffaat [37] : 101-102)
“Dari Aisyah ra dia berkata, “Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah adalah mimpi yang benar di waktu tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya pagi hari.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)[9]
Ibnu Hajar mengomentari hadits ini, menurutnya, “Turunnya wahyu dengan cara mimpi yang benar adalah untuk latihan bagi Nabi untuk menerima dalam keadaan sadar, kemudian ketika sadar beliau dapat melihat cahaya, mendengar suara & batu-batu kerikil memberi salam kepadanya.” [10] Lebih lanjut Ibnu Hajar mengatakan bahwa Nabi mendapatkan wahyu lewat mimpi pada bulan kelahirannya yakni Rabi’ul Awal ketika umur beliau 40 tahun sedangkan turunnya wahyu dalam keadaan sadar pada bulan Ramadhan.[11]
Ketiga, datang kepada Rasul SAW suara seperti dencingan lonceng & suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga beliau SAW dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara seperti ini paling berat buat Rasulullah SAW. Hadits dari Aisyah bahwa Haris bin Hisyam bertanya tentang wahyu & Rasulullah SAW menjawab :
“Kadang-kadang ia datang kepadaku bagaikan dencingan lonceng & itulah yang paling berat bagiku, lalu ia pergi, dan aku telah menyadari apa yang dikatakannya. Dan terkadang malaikat menjelma kepadaku & akupun memahami apa yang ia katakan.”
“Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW, adakah engkau merasakan wahyu ?” Nabi SAW menjawab, “Aku mendengar bunyi lonceng kemudian pada saat itu aku diam. Tidaklah diwahyukan kepadaku melainkan aku menyangka bahwa nyawaku sedang diambil.” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya)
2. Disampaikan secara langsung, untuk ini terbagi atas dua. Yakni pertama, Allah SWT berbicara dibalik tabir :
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي ...
“Dan tatkala Musa datang untuk munajat dengan Kami diwaktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, Musa berkata, “Wahai Tuhan, tampakkanlah diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Al-A’raf [7] : 143)[12]
... وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung.” (An-Nisa’ [4] : 164)[13]
Kedua, Allah SWT berbicara tanpa tabir. Menurut Ibnu Hajar pada malam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW berbicara dengan Allah SWT secara langsung tanpa hijab.[14]
3. Disampaikan melalui perantara, yaitu Malaikat Jibril as
Jibril as menyampaikan wahyu Allah SWT kepada Rasulullah SAW dengan dua cara. Pertama, menjelma dengan bentuk asli. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa Nabi SAW bertemu Jibril as dengan wujud aslinya hanya dua kali. HR. Imam Ahmad dari Ibnu Mas’ud mengatakan pertemuan pertama ketika bertemu pertama kali & kedua ketika Isra’ Mi’raj. HR. Tirmidzi dari jalur Masruq dari Aisyah mengatakan pertemuan pertama di Sidratul Muntaha & kedua di Ajyad.[15]
Kedua, menjelma sebagai manusia. Cara seperti ini sangat disenangi Rasul SAW, karena merasa seperti seorang manusia yang berhadapan dengan saudaranya sendiri. Aisyah ra berkata :
“Aku pernah melihatnya tatkala wahyu sedang turun kepadanya pada suatu hari yang amat dingin. Lalu malaikat itu pergi, sedang keringatpun mengucur dari dahi Rasulullah.” (HR. Bukhari)

D. Keraguan Terhadap Al-Qur’an
Orang Jahiliyah baik dahulu maupun sekarang selalu berusaha menimbulkan keraguan mengenai turunnya wahyu Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Dengan tujuan untuk menggugat kenabian beliau SAW & keberadaan Al-Quranul Karim. Adapun argumen yang mereka gunakan adalah :
1. Al-Qur’an karangan pribadi Muhammad SAW untuk meraih kekuasaan
Argumen ini dapat disanggah dengan mengatakan :
a. Jika Rasul hanya ingin meraih kekuasaan saja, tentunya dia akan menisbatkan Al-Qur’an atas dirinya sendiri yang pasti akan dapat mengangkat derajatnya di mata manusia.
b. Jika menisbatkan Al-Qur’an sebagai kalam Allah SWT dikatakan untuk menjadikan kata-katanya terhormat. Tentunya Rasul SAW tidak perlu lagi mengeluarkan hadits yang dinisbatkan kepada dirinya.
c. Tuduhan bahwa Rasul SAW mengarang Al-Qur’an merupakan tuduhan yang menggambarkan bahwa Rasul SAW adalah pemimpin yang pendusta & palsu. Tentunya tuduhan ini tertolak dari kenyataan sejarah yang membuktikan bahwa Rasul SAW adalah sosok pribadi yang jujur sehingga digelar Al-Amin oleh orang Arab secara umum.
d. Rasul SAW tidak dapat langsung menjawab beberapa pertanyaan & masalah, memberi izin untuk tidak ikut perang dll, sebelum turunnya wahyu. Jika Al-Qur’an adalah dari Rasul SAW tentunya dia tidak perlu menunggu seperti itu.
e. Adanya teguran kepada Rasul SAW dalam beberapa ayat. Jika Al-Qur’an dari beliau SAW, tentunya hal ini tidak akan terjadi.
f. Didalam Al-Qur’an terkandung berita umat terdahulu, peristiwa sejarah yang sudah amat jauh, dengan kejadian yang benar & akurat, bahkan kejadian semesta alam yang tidak mungkin pernah dilihat manusia.
2. Al-Qur’an dinukil Rasul SAW dari kitab sebelumnya yang diajarkan oleh para ahli kitab
Argumentasi ini dapat ditolak dengan alasan :
a. Sejarah membuktikan bahwa Rasul SAW adalah seorang yang ummi & tidak pernah menerima pelajaran dari sesiapapun kecuali dari Allah SWT.
b. Memang benar Rasul SAW pernah bertemu dengan Rahib Bahira di Busyra di Syam, namun saat itu beliau SAW masih kecil & pertemuan itu sangat singkat.[16] Kemudian beliau SAW bertemu Waraqah bin Naufal, namun saat itu beliau SAW telah menjadi rasul bahkan hal itu diakui oleh Waraqah[17]. Kemudian beliau SAW juga banyak bertemu & mengadakan pembicaraan dengan Pendeta Yahudi & Nashrani, namun justru merekalah yang bertanya kepada beliau SAW bukan sebaliknya.
3. Al-Qur’an buatan orang Arab
Argumentasi ini telah tertolak dengan ketidakmampuan orang Arab Jahilliah & termasuk orang Arab masa kini menjawab tantangan Allah SWT dalam banyak ayat yang menantang mereka membuat yang semisal Qur’an atau minimal satu surah semisal Qur’an. Hal ini karena ketinggian & keistimewaan susunan & kandungan ayat Qur’an yang merupakan mukjizat terbesar Rasul SAW.
Adapun ayat yang merupakan tantangan Allah bagi orang-orang yang meragukan bahwa Al-Qur’an itu dari sisi Allah SWT adalah :
a. Menantang pembuatan kitab semisal Al-Qur’an
قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Katakanlah, “Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk dari pada keduanya, niscaya aku mengikutinya jika kamu sungguh orang-orang yang benar.” (QS. Al-Qashash [28] : 49)[18]
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia & jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Israa [17] : 88)[19]
Asbabun Nuzul dari ayat ini adalah Salam bin Musykam cs & Kaum Yahudi berkata, “ ... Turunkanlah kepada kami sebuah kitab yang kami kenal. Kalau tidak, kami akan mendatangkan kepadamu seperti yang engkau bawa.” (HR. Ibnu Ishaq & Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas).
b. Menantang mendatangkan kalimat semisal Al-Qur’an
فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.” (QS. At-Thur [52] : 34)[20]
c. Menantang mendatangkan sepuluh surat semisal Al-Qur’an
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. ”Katakanlah, “(Kalau demikian) maka datangkanlah 10 surat yang dibuat-buat yang menyamainya dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hud [11] : 13)[21]
d. Menantang mendatangkan satu surat semisal Al-Qur’an
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, “(Kalau benar yang kamu katakana itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya & panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil selain Allah ...” (QS. Yunus [10] : 38)[22]
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(23)فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّار...
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami, buatlah satu surat saja yang semisal Al-Qur’an itu & ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya & pasti kamu tidak dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka ...” (Al-Baqarah [2] : 23-24)[23]
4. Al-Qur’an buatan orang lain
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Kalau seandainya orang Arab saja tidak mampu membuat yang semisal Qur’an karena ketinggian, keistimewaan susunan & kandungan ayat Qur’an. Apalagi orang bukan Arab.
Orang kafir Quraisy mengatakan bahwa Al-Qur’an dibuat oleh orang Rum, seorang tukang besi di Mekkah yang bernama Zibr Ar-Rumi. Orang Musyrik mengatakan, “Demi Allah, tidak ada yang mengajarkan Al-Qur’an ini kepada Muhammad kecuali Zibr Ar-Rumi.” Majikan Zibr Ar-Rumi memukulinya & berkata, ”Kau mengajari Muhammad ?” Zibr Ar-Rumi menjawab, ”Tidak, demi Allah, malahan dialah yang mengajari & memberi petunjuk kepadaku ...” [24]. Oleh karena itu Allah SWT berfirman :
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata : "Sesungguhnya Al-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (ialah) bahasa `Ajam, sedang Al-Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang.” (QS. An-Nahl [16] : 103)



________________________________________
[1] Fathul Baari I hal 17.
[2] Studi Ilmu-ilmu Qur’an hal 36-37.
[3] Fathul Baari I hal 17.
[4] Apa Itu Al-Qur’an hal 45.
[5] Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam hal 28.
[6]Ibnu Katsir berkata : Allah SWT memberitahukan ihwal pemberitahuan karunia kepada Bani Adam & penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di Al-Mala’ul A’la, sebelum mereka diadakan.
[7]Ibnu Katsir berkata : Kelompok ayat ini menjelaskan cara-cara penurunan wahyu dari Allah SWT.
[8]Lihat Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah I hal 133-137 & bandingkan dengan Apa Itu Al-Qur’an hal 46-47.
[9] HR. Muttafaq ‘Alaih berarti hadits itu diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim & Imam Ahmad.
[10] Fathul Baari I hal 38.
[11]Fathul Baari I hal 44.
[12]Ibnu Katsir berkata : Musa as berbicara secara langsung dengan Allah SWT tapi tidak mampu melihat Allah SWT. Musa as berbicara dibelakang tabir.
[13]Ibnu Katsir berkata : Penggalan ayat ini merupakan penghormatan bagi Musa as. Oleh karena itu Musa as disebut Al-Kalim (orang yang berbicara). Muktazilah menolak Musa as pernah berbicara dengan Allah SWT.
[14] Fathul Baari I hal 33.
[15] Fathul Baari I hal 40.
[16] Lihat Pengantar Studi Al-Qur’an hal 191 – 192 & Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam I hal 148 – 151.
[17] Lihat Fathul Baari I hal 38 & Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam I hal 157 – 158.
[18]Ibnu Katsir berkata : Dua kitab yaitu Qur’an & Taurat Musa bin Imran.
[19]Ibnu Katsir berkata : Karena persoalan itu diluar kemampuan mereka. Bagaimana mungkin tuturan makhluk dapat menyerupai tuturan Al-Khaliq yang tidak mirip dengan apapun ?
[20]Ibnu Katsir berkata : Kekufuran merekalah yang telah mendorong mereka mendustakan Rasul SAW. Maka datangkanlah ungkapan semisal dengan Al-Qur’an. Apakah mereka sanggup membuatnya ?
[21] Ibnu Katsir berkata : Tidak ada seorangpun yang dapat menampilkan ungkapan seperti Al-Qur’an tidak 10 surat dan tidak pula satu surat karena firman Rabb terlalu tinggi. Untuk dapat diserupai oleh perkataan makhluk sebagaimana sifat-Nya tidak dapat diserupai oleh perkara apapun.
[22]Ibnu Katsir berkata : Jika kamu mampu maka datangkanlah ungkapan serupa Al-Qur’an, yakni yang sejenis dengan Al-Qur’an. Dan meminta bantuanlah dalam melakukan hal itu kepada setiap makhluk, baik jin maupun manusia.
[23]Ibnu Katsir berkata : Allah SWT menantang mereka dengan surah Madaniyyah ini setelah sebelumnya dengan surah Makkiyah. Sesungguhnya Allah SWT telah menantang semua orang baik secara berkelompok maupun perseorangan, baik menyertakan orang awam maupun Ahli Kitab. Tantangan bagi mereka bersifat umum baik ketika di Mekkah maupun di Madinah.
[24] Pengantar Studi Al-Qur’an hal 192 – 193.

PEMBAGIAN AL-QUR'AN


“Siapa yang berbicara tentang Al-Qur’an dengan pemikirannya semata, kemudian benar, maka itupun tetap dinilai salah.”
(HR. Abu Dawud, Turmidzi & Nasa’i)
PEMBAGIAN AL-QUR`AN
A.      Macam Pembagian Ayat & Surah
Para ulama berusaha untuk mengkaji Al-Qur’an dengan lebih mendalam dengan cara mengelompokkan ayat-ayatnya sesuai waktu & tempat turunnya. Sehingga timbullah istilah Madaniyah & Makkiyah.
Abul Qasim Al-Hasan An-Naisaburi dalam At-Tanbih ‘ala Fadli ‘Ulumil Qur’an menyebutkan, “Diantara ilmu-ilmu Qur’an yang paling mulia adalah ilmu tentang Nuzul Qur’an & daerahnya, urutan turunnya di Makkah & Madinah, …” [1]
Qadi Abu Bakar Al-Baqalani dalam Al-Intisar mengatakan, “Pengetahuan tentang Makki & Madani itu mengacu pada hafalan para shahabat & tabi’in. Tidak ada suatu keterangan pun yang datang dari Rasulullah mengenai hal itu, sebab ia tidak diperintahkan untuk itu. Dan Allah SWT tidak menjadikan ilmu pengetahuan hal itu sebagai kewajiban umat.” [2]
Sehingga terjadi perbedaan pendapat dari para ulama dalam menentukan apakah ayat ini Madaniyah ataukah Makkiyah. Imam As-Suyuthi menyebutkan jika pembukaan surah turun di Makkah maka ditulis di Makkah. Jika ayat berikutnya turun di Madinah maka ayat-ayat itu diikutkan kepadanya. Dan baik Makkiyah ataupun Madaniyah, didalammya terdapat ayat-ayat yang dikecualikan.[3] Ibnu Katsir didalam tafsirnya menyebutkan ada 25 surah Madaniyah & 89 surah Makkiyah.
Sesuai perkataan Abu Qasim An-Naisaburi, ada 14 hal yang penting dipelajari dalam pembahasan ini :
1.       Surah-surah Madaniyah
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 20 surah yakni : Al-Baqarah [2], Ali ‘Imran [3], An-Nisa’ [4], Al-Ma’idah [5], Al-Anfal [8], At-Taubah [9], An-Nur [24], Al-Ahzab [33], Muhammad [47], Al-Fath [48], Al-Hujurat [49], Al-Hadid [57], Al-Mujadalah [58], Al-Hasyr [59], Al-Mumtahanah [60], Al-Jumu’ah [62], Al-Munafiqun [63], At-Talaq [65], At-Tahrim [66], An-Nasr [110].
2.       Surah-surah Makkiyah
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 82 surah.
3.       Surah-surah yang diperselisihkan
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 12 surah yakni : Al-Fatihah [1], Ar-Ra’d [13], Ar-Rahman [55], As-Saf [61], At-Taghaabun [64], Al-Mutaffifin [83], Al-Qadar [97], Al-Bayyinah [98], Az-Zalzalah [99], Al-Ikhlas [112], Al-Falaq [113], An-Nas [114].
4.       Ayat Makkiyah dalam surah Madaniyah
Contoh ayat seperti ini adalah QS. Al-Anfal [8] : 30, Allah SWT berfirman :

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (Quraisy) membuat makar terhadapmu untuk menangkap & memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat makar, tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.” (Al-Anfal [8] : 30)[4]
Contoh lain adalah QS. Al-Anfal [8] : 64.[5]
5.       Ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Contohnya seperti perkataan Ibnu Abbas bahwa QS. Al-An’am turun sekaligus di Mekkah sehingga Makkiyah kecuali ayat 151-153. Dan QS. Al-Hajj [22] adalah Makkiyah kecuali ayat 19-21. Ibnu Katsir juga menyebutkan QS. Al-Ankabut [29] : 6.
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Dan siapa yang berjihat, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari semesta alam.” (QS. Al-Ankabut [29] : 6)
6.       Ayat yang diturunkan di Mekkah sedang hukumnya Madaniyah
Contoh ayat seperti ini adalah QS. Al-Hujurat [49] : 13, Allah SWT berfirman :

يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia, kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki & seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui & Maha Mengenal.” (Al-Hujurat [49] : 13)[6]
7.       Ayat yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makkiyah
Ayat seperti ini diturunkan di Madinah dan tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah. Contohya adalah QS. Al-Mumtahanah [60] dan permulaan QS. Al-Bara’ah (At-Taubah) [9] yang ditujukan untuk Musyrikin Mekkah.
8.       Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam Madaniyah
Yakni ayat yang dalam surah Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri umum Makkiyah. Contohnya QS. Al-Anfal [8] : 32
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan (ingatlah), ketika mereka berkata : Ya Allah, jika benar (Al-Qur’an) ini benar dari sisi-Mu, maka hujanilah kami dengan batu dari langit. Atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”(QS. Al-Anfaal [8] : 32)[7]
9.       Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam Makkiyah
Yakni ayat yang dalam surah Makkiyah tetapi mempunyai gaya bahasa & ciri umum Madaniyah. Contohnya QS. An-Najm [53] : 32
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ...
“(Yaitu) Mereka yang menjauhi dosa-dosa besar & perbuatan keji yang selain kesalahan-kesalahan kecil.” (An-Najm [53] : 32)[8]
10.    Ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah
Contohnya adalah QS. Al-A’la [87] dalilnya HR. Bukhari dari Al-Barra bin ‘Azib yang menceritakan kedatangan pertama shahabat ke Madinah.
11.    Ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekkah
Contohnya awal QS. Al-Bara’ah [9] dalilnya ketika Rasul SAW memerintahkan Ali kw untuk menyampaikan kepada Abu Bakar ra untuk berhaji & mengumumkan bahwa setelah tahun kesembilan tidak seorangpun Kaum Musyrikin diperbolehkan berhaji.
12.    Ayat yang turun pada malam & siang hari
Kebanyakan ayat Qur’an turun pada siang hari. Ayat yang turun pada malam hari diantaranya adalah QS. Ali Imran [3] : 190.[9] Contoh lainnya QS. At-Taubah [9] : 117-118[10] & QS. Al-Fath [48].
13.    Ayat yang turun diwaktu menetap & dalam perjalanan
Kebanyakan Qur’an itu turun diwaktu menetap. Ayat yang turun didalam perjalanan adalah At-Taubah [9] : 34 [11], QS. Al-Hajj [22] : 1-2 [12] & QS. Al-Fath [48].[13]
14.    Ayat yang turun pada musim panas & dingin
Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas ialah QS. An-Nisa’ [4] : 176[14] & At-Taubah [9] : 81.[15] Sedangkan yang turun dimusim dingin dicontohkan QS. An-Nur [24] : 11-26[16] & Al-Ahzab [33] : 9.[17]
Namun selanjutnya yang paling banyak dibahas adalah mengenai surah-surah Makkiyah & Madaniyah karena Makkiyah melambangkan fase dakwah yang memerlukan pengukuhan aqidah & penjelasan rukun-rukun iman. Madaniyah merupakan fase pembinaan masyarakat & Negara Islam yaitu fase yang memerlukan penetapan undang-undang & pengorganisasian.[18]

B.       Kegunaan Mengetahui Makkiyah & Madaniyah
Pengetahuan mengenai Makkiyah & Madaniyah berguna untuk :
1.       Alat bantu penafsiran Qur’an. Seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang nasikh & mansukh bila ada ayat yang kontradiktif.
2.       Meresapi gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkan dalam metode berdakwah menuju jalan Allah SWT sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri.
3.       Mengetahui sejarah hidup Nabi Muhammad SAW melalui ayat-ayat yang diturunkan sehingga dapat dipantau tahapan dakwah Rasululah SAW.

C.       Dasar Pembagian Makkiyah & Madaniyah
 Mengenai defenisi Makkiyah & Madaniyah, terdapat tiga pandangan ulama, yaitu :
1.       Berdasarkan tempat turun
Makkiyah adalah yang turun di Mekkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah & Hudaibiyah. Madaniyah adalah yang turun di Madinah & sekitarnya seperti Uhud, Quba & Sil’.
Kelemahan pendapat ini tidak ada pembagian konkrit untuk yang turun di perjalanan seperti di Tabuk (QS. At-Taubah [9] : 42) atau Baitul Maqdis (QS. Az-Zukhruf [43] : 45). Selain itu, yang turun di Mekkah sesudah hijrah akan disebut Makkiyah.
2.       Berdasarkan sasaran
Makkiyah adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Mekkah (ya ayyuhan nas) & Madani adalah yang seruannya kepada penduduk Madinah (ya ayyuhal ladzina amanu).
Kelemahan pendapat ini adalah kebanyakan surah tidak selalu dibuka dengan seruan diatas. Selain itu ketentuan ini pun tidak konsisten misalnya didalam QS. Al-Baqarah terdapat ayat 21 & 168 dan ayat pertama QS. An-Nisa’ [4] yang dimulai dengan ya ayyuhan nas padahal kedua surah itu Madaniyah. Begitu pula QS. Al-Hajj [22] yang Makkiyah tapi ayat ke-77 dimulai dengan ya ayyuhal ladzina amanu.
3.       Berdasarkan waktu turun
Makkiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Mekkah & Madaniyah adalah yang diturunkan setelah hijrah meskipun bukan di Madinah. Contoh An-Nisa [4] : 58 & Al-Maidah [5] : 3. Pendapat ini lebih baik karena ia lebih memberikan kepastian & konsisten.[19]
                         
D.      Cara Penentuan Makkiyah & Madaniyah
Dua cara menentukan Makkiyah & Madaniyah, yaitu :
1.       Sima’i Naqli, yakni dengan pendengaran seperti apa adanya yang didasarkan pada riwayat shahih dari shahabat Rasul SAW yang menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabi’in yang menerima & mendengar dari para shahabat. Sebagian besar proses penentuan pembagian Makkiyah & Madaniyyah didasarkan pada cara ini.
2.       Qiyasi Ijtihadi, yakni dengan cara ijtihad yang didasarkan pada ciri-ciri Makkiyah & Madaniyah

E.       Ketentuan dan Ciri Ayat Makiyah
Para ulama telah meneliti masalah ini & menyimpulkan beberapa ketentuan & ciri khas Makkiyah, yaitu :
Ketentuannya
1.       Setiap surah yang mengandung sajdah. Imam Al-Mundziri mengatakan ada 15 tempat ayat sajdah dalam Al-Qur’an.[20]
2.       Setiap surah yang mengandung lafal kalla. Lafal ini ada sebanyak 33 buah di dalam 15 buah surah yang terdapat pada separuh akhir Al-Qur’an.
3.       Setiap surah yang mengandung lafadz ya ayyuhan nas & tidak ada ya ayyuhal ladzina amanu kecuali QS. Al-Hajj [22].
4.       Setiap surah yang mengandung kisah para nabi & umat terdahulu kecuali QS. Al-Baqarah [2].
5.       Setiap surah yang mengandung kisah Adam & Iblis kecuali QS. Al-Baqarah [2].
6.       Setiap surah yang dibuka dengan huruf singkatan kecuali QS. Al-Baqarah [2] & Ali Imran [3]. Sedang surah Ar-Ra’d [13] masih diperselisihkan.
Ciri tema & gaya bahasa :
1.       Ajakan kepada tauhid & beribadah hanya kepada Allah SWT, pembuktian risalah, seputar hari kemudian, surga & neraka, argumentasi terhadap orang musyrik dengan bukti rasional & ayat kauniyah.
2.       Peletakan dasar umum bagi perundangan & ahklak mulia yang menjadi dasar terbentuknya masyarakat, menyingkap dosa musyrikin dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim, tradisi buruk jahiliyah.
3.       Menyebut kisah para nabi & umat terdahulu sebagai pelajaran & hiburan buat Rasul SAW agar tabah & yakin akan kemenangan Islam.
4.       Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata mengesankan, pernyataannya singkat, terasa menembus ditelinga & terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknanya meyakinkan dengan lafal sumpah.

F.       Ciri Khas Ayat Madaniyah
Adapun ketentuan & ciri khas Madaniyah, yaitu :
Ketentuan :
1.       Setiap surah yang mengandung kewajiban atau had (sanksi).
2.       Setiap surah yang didalamnya disebutkan munafikin kecuali QS. Al-Ankabut [29].
3.       Setiap surah yang mengandung dialog dengan ahli kitab.
Ciri tema dan gaya bahasa :
1.       Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial & hubungan internasional, baik diwaktu damai maupun perang, kaidah hukum & masalah perundangan.
2.       Seruan terhadap ahli kitab & ajakan untuk beriman, menjelaskan penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah SWT, permusuhan mereka terhadap kebenaran & perselisihan mereka setelah ilmu dating kepada mereka.
3.       Menyingkap perilaku munafikin, menganalisis kejiwaan mereka, membuka kedoknya & menjelaskan bahwa mereka berbahaya bagi agama.
4.      Suku kata & ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan & sasarannya.
˜™


[1] Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an hal 72.
[2] Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an hal 83.
[3] Apa Itu Al-Qur’an hal 50.
[4]Ibnu Katsir mengatakan bahwa pembesar Quraisy bertemu di Darun Nadwah, Iblis ikut dengan menyamar sebagai Syekh Nejed. Mereka berembuk untuk memenjarakan Rasul SAW sampai mati atau membuangnya. Tapi Iblis menolak pandangan itu. Lalu Abu Jahal mengusulkan untuk membunuh Rasul SAW dengan sejumlah pemuda dari berbagai suku. Pendapat ini kemudian diterima semua. Lalu Jibril as memberitahukan Rasul SAW. Dan lalu Rasul SAW diperintahkan hijrah ke Madinah. Sementara Ali kw menggantikan Rasul SAW tidur ditempat beliau.(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir II pada pembahasan surah Al-Anfal)
[5]Hadits yang dikeluarkan Al-Bazzar dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini diturunkan ketika Umar bin Khattab masuk Islam.
[6]Ibnu Katsir membahas ayat ini dengan mencantumkan hadis yang menceritakan kondisi sewaktu Fat-hu Makkah yakni ketika Rasul SAW sedang berkhutbah diatas unta. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir IV) Sedangkan didalam Kitab Asbabun Nuzul hal 518 menyebutkan ayat ini turun sewaktu Fat-hu Makkah ketika peristiwa Bilal azan diatas Ka’bah.
[7]Ayat ini mengingatkan pada permintaan Musyrikin Mekkah untuk disegerakan datangnya azab Allah SWT.
[8]As-Suyuthi mengatakan bahwa perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sanksinya dan dosa besar akan mendapat siksa neraka. Sedang kesalahan kecil diantara keduanya. Di Makkah belum ada sanksi & yang serupa dengannya. (Al-Itqan I hal 18 yang dikutip dalam Studi Ilmu-ilmu Al-Quran hal 76-77).
[9] Ibnu Hibban mengutip hadist dari Bilal yang menceritakan bahwa dia melihat Rasul SAW menangis setelah mendapat wahyu QS. Ali Imran [3] : 190.
[10] Ayat ini turun sebagai bentuk pengampunan Allah SWT kepada tiga orang shahabat yang tidak ikut perang Tabuk karena kelalaian mereka, setelah mereka tobat dan menjalani hukuman didiamkan (dikucilkan) kaum muslimin selama 50 hari. Mereka adalah Ka’ab bin Malik, Murarah bin Ar-Rabi’ & Hilal bin Umaiyah. (Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam II hal 494-502).
[11] Dari HR. Ahmad bahwa ayat ini turun ketika Rasul SAW dalam perjalanan.
[12] HR. Tirmidzi & Hakim bahwa ayat ini turun ketika Rasul SAW dalam perjalanan.
[13] HR. Hakim dari Al-Miswar bin Makhramah & Marwan bin Al-Hakkam, keduanya berkata, “Surah Al-Fath dari awal sampai akhir turun diantara Mekah & Madinah mengenai Hudaibiyah.”
[14] HR. Muslim menceritakan pertanyaan Umar ra kepada Rasul SAW mengenai kalalah, sabda Rasul SAW, “Umar, belum cukupkah bagimu satu ayat yang diturunkan pada musim panas yang terdapat diakhir surah An-Nisa’ ?”
[15] Ayat ini turun sewaktu Perang Tabuk pada musin panas dimana kaum munafik tidak mau berangkat perang. (Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam II hal 476).
[16] Menurut Manna’ Al-Qattan, “Dalam hadits shahih disebutkan Aisyah berkata, “Ayat-ayat itu turun pada hari yang dingin.” (Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an hal 80)
[17] HR. Baihaqi dari Huzaifah berkata, “Orang-orang meninggalkan Rasulullah pada malam peristiwa Ahzab, kecuali 12 lelaki. Lalu Rasulullah datang kepadaku & berkata : Bangkitlah & berangkatlah ke medan Perang Ahzab. Aku menjawab, “Ya Rasulullah, demi yang mengutus engkau dengan sebenarnya, aku mematuhi engkau karena malu. Sebab hari dingin sekali.” Lalu turunlah ayat (ini).”
[18] Apa Itu Al-Qur’an hal 49.
[19] Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an hal 84.
[20] Ayat sajdah didalam Al-Qur’an adalah Al-A’raf [7] : 206, Ar-Ra’d [13] :15, An-Nahl [16] : 50, Al-Isra’ [17] : 109, Al-Hajj [22] : 18 & 77, Al-Furqan [25] : 60, An-Naml [27] : 26, As-Sajdah [32] : 15, As-Shaad [38] : 24, Ha Mim [41] : 38, An-Najm [53] : 62, Al-Insyiqaq [84] : 21, Al-‘Alaq [96] : 19 & Maryam [19] : 58. (Pedoman Bertaqarub Kepada Allah hal 155).