
Disini saya tidak akan membahas mengenai sikap teman-temanku yang fanatic
dengan aliran yang tidak sepemahaman dengan mereka akan tetapi mengenai
beberapa dari mereka yang tidak terbiasa hidup bersamaan dalam satu kontrakan
yang terkadang banyak aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan apa yang
dihati mereka. Misalnya, ada yang suka rapi- rapi akan tetapi teman sebelah
selalu menumpuk atau mudahnya saja tidak rapi dan ada yang ini itu dan lain
sebagainya. Misalnya juga ada teman yang biasa hidup mewah makanannya enak-enak
jika berada dalam satu kontrakan yang barengan masaknya dengan iuran belanja
dapur serta piket masak kadang dia malu untuk beli makanan diluar kerna takut
dianggap meremehkan masakan temannya. Perlu diketahui dan dipahami oleh semua
mahasiswa yang sudah berpangkat “maha” dan sudah dewasa bahwasannya manajemen
hati harus selalu dilatih dan dilatih, keihklasan, ketulusan, pengorbanan,
murah senyum, sopan santun, bijak, murah senyum dan lain-lain semua sikap indah
yang telah diajarkan Rasulullah SAW harus tertaman didalam diri dan harus
membuang jauh jauh sikpa dengki, iri hati dan lain lain yang paling utama dan
terutama dalam keadaan satu kelompok PPL-KKN yaitu harus membuang rasa EGOISME.
Kiranya sangat penting bagi semua kalangan untuk memahami apa yang
saya sebut selama ini sebagai “ilmu Manusia” yaitu ketika kita berada didalam
suatu kelompok kita harus mengetahui karakter teman-teman kita dan kita harus
menyesuaikan sikap kita dengan karakter mereka supaya tidak terjadi
perselisihan dan atau sebagainya, kita harus fleksible loyal dan solidaritas
yang tinggi, ada manusia yang sikapnya seperti ini dan seperti itu mudah tersinggung
dan ada juga yang gak bisa tersinggung hehe, kita harus tau semuanya. Tentunya ini
membutuhkan pengorbanan mental dan keikhlasan hati dalam membentuk keharmonisan
didalam suatu kelompok.
Nah,,...disini saya mempunyai pembahasan sedikit mengenai
klasifikasi sikap manusia yang biasa saya sebut ilmu manusia, entah apa nama
aslinya yang penting diriku biasanya menyebutnya Ilmu manusia. Monggo dipelajari
dengan baik dan benar dan di amalkan. Hehe
karena lagi males dan biar gak ngetak ngetik saya Copas dari blog kawan sebelah,
Sumber : http://ahli.wordpress.com/2007/08/30/sangunis-melankolis-koleris-plegmatis/
Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, “Yang
Populer”. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain.
Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa
dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia
berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis
tersedu-sedu.
Namun
orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung
berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat
meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis.
Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa
pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan
sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul
hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa
dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak
lakukan apapun juga.
Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, “Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.
Orang
melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu
jangan heran jika balita anda yang `melankoli’ tak `kan bisa tidur hanya
gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula
coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli’ anda, sebab
betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya
sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata
letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu
tiba-tiba jadi lain.
Ketiga, manusia Koleris, “Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.
Orang
koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “hanya
saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua”. Karena
itu mereka sangat “goal oriented”,tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan
sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan
berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau
ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa
yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah
menyerah, tak mudah pula mengalah.
Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis “Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.
Kaum
phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam,
kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar
ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan
ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang
berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah
parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara
tentu saja sang Sanguinis.
Kadang
sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai,
“kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau anda
punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai ia
termotivasi sendiri oleh dirinya.
Mencoba Mengerti Orang Lain
Nah,
sekarang anda masuk golongan mana? Coba amati istri, suami atau anak-anak anda,
mereka golongan apa? Jangan-jangan anda sekarang mulai mengerti mengapa
suami-istri-anak-rekan anda bertingkahlaku “seperti itu” selama ini. Dan anda
pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat berbagai perilaku dan kejadian selama
ini.
Ya,
tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur, berdasarkan
penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata keempat watak itu
pada dasarnya juga dimiliki setiap orang. Yang beda hanyalah `kadar’nya. Oleh
sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak manusia.
Ada
orang yang tergolong Koleris Sanguinis. Artinya kedua watak itu dominan sekali
dalam mempengaruhi cara kerja dan pola hubungannya dengan orang lain. Di
sekitar kita banyak sekali orang-orang koleris sanguinis ini. Ia suka
mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa).
Ada
pula golongan Koleris Melankolik. Mungkin anda akan kurang suka bergaul dengan
dia. Bicaranya dingin, kalem, baku, suka mengatur, tak mau kalah dan terasa
kadang menyakitkan (walaupun sebetulnya iatak bermaksud begitu). Setiap jawaban
anda selalu ia kejar sampai mendalam. Sehingga kadang serasa diintrogasi, sebab
memang ia ingin sempurna, tahu secara lengkap dan agak dingin. Menghadapi orang
koleris melankolik, anda harus fahami saja sifatnya yang memang `begitu’ dan
tingkatkan kesabaran anda. Yang penting sekarang anda tahu, bahwa ia sebetulnya
juga baik, namun tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja.
Lain
lagi dengan kaum Phlegmatis Melankolik. Pembawaannya diam, tenang, tapi ingat…
semua yang anda katakan, akan ia pikirkan, ia analisa. Lalu saat mengambil
keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam dan ia
pikirkan matang-matang.
Banyak
lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang
penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidup kita.
Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung
berusaha `memaafkan’ pasangannya. Lalu berusaha untuk menyikapinya secara
bijaksana.
Begitu
pula saat menerima calon pegawai. Untuk bidang-bidang yang membutuhkan tingkat
ketelitian dan keteraturan yang tinggi, jauh lebih baik anda tempatkan
orang-orang yang melankolik sempurna. Sedang di bagian promosi, iklan,
resepsionis, MC, humas, wiraniaga, tentu jauh lebih tepat anda tempatkan
orang-orang sanguinis. Lalu jangan posisikan orang-orang phlegmatis di bagian
penagihan ataupun penjualan. Hasilnya pasti akan amat mengecewakan.
Begitulah,
manusia memang amat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak
itu, mana yang paling baik? Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang paling
baik. Semuanya baik. Tanpa orangsanguinis, dunia ini akan terasa sepi. Tanpa
orang melankoli, mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan dan budaya.
Tanpa kaum koleris, dunia ini akan berantakan tanpa arah dan tujuan. Tanpa sang
phlegmatis, tiada orang bijak yang mampu mendamaikan dunia.
Yang
penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua bisa mengasah keterampilan
kita berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill). Seorang yang ahli
dalam berurusan dengan orang lain, ia akan mudah beradaptasi dengan berbagai
watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi sifat pelupa dan watak acaknya kaum
sanguinis, misalnya dengan memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya
melakukansegera. Ia jago memanas-manasi (menantang) potensi orang koleris
mencapai goal-nya, atau `membakar’ sang phlegmatis agar segera bertindak saat
itu juga.”Inilah seninya”, kata Florence “dalam berinteraksi dengan orang
lain”. Tentu saja awalnya adalah, “Anda dulu yang harus berubah”. Belajarlah
jadi pengamat tingkah laku manusia…(lalu tertawalah)! hehehe !!!
hemmmmmmhhh kalo' dirimu gimana teman-teman ???
hemmmmmmhhh kalo' dirimu gimana teman-teman ???